Jadi Ketua Santri
ISTIQOMAH dalam mengemban amanah bukanlah hal yang mudah. Butuh kejujuran dan kejernihan hati dalam melakukannya. Hal itu dilakukan degan iklas oleh perempuan berdarah Lumajang ini, Antik Millatuz Zuhriah. Perempuan yang menghabiskan waktu sebagi santri ini, menjadi ketua pondok putri di pondok Pesantren Kiai syariffudin.
Pencapaiannya tersebut, tidak dengan mudah didapatkan. Perlu proses panjang untuk mengamban amah yang tidak semua santri bisa merasakan nya. Berawal hanya ikut-kut di organisasi, ternyata memberikan banyak pengalaman untuknya saat ini
.Antik mengatakan, jika menjadi sosok ketua di pesantren merupakan amanah yang harus dijaga. Kepercayaan yang diberikan oleh santri lain membuatnya semakin hati-hati. " Ini amanah, perlu kehati-hataian dalam menjalankankannya," katanya.
Dia menambahkan, butuh kepribadian yang tegas, bertanggung jawab serta ramah tee=rhadap sesama. Itu merupakan kunci agar kepemimpinan memegang amanah tersebut bisa dipercaya oleh anggotanya.
Bener saja, sosok perempuan yang sedang menyelesaikan kuliahnya ini, sudah delapan tahun berhiruk-pikuk di ranah pesantern. Jadi tidak heran lagi jika Antik memiliki hobi membaca kitab kuning. "Saya nyanri mulai dari MTS sampai sekrang," ungkapnya.
Menurutnya, santri itu tidak hanya soal agama. Di pesantren juga diajarkan tentang bagaimana memanajemen organisasi agar terus berjalan. Hal itu dibuktikannya, jika dipesantren juga mengajarrkan bagaimana menjadi seorang pemeimpin.
Namun, yang membedakan ajaran kepemimpinan di pesantren itu sedikit berbeda dengan dunia luar. Dia mengatakan jika di pesantren menjadi seorang ketua itu ada sebuah ujian yangn harus di pertanggungjawabkan.
Antik menerangkan, buakan hanya soal amanah yang harus dimiliki. Metal yang kuat juga menjadi perisial dalam mengemban jabatan itu. Bahkan, terus memperdalam ilmu harus terus dilakukan. "Kadang kan ada ya, ketika menjadi ketua malah meninggalkan kewajiban untuk belajra," tuturnya.
Hal itu yang akan menjadikan pemimpin sebagai sosok yang tidak akan mendapat kepercayaan. Selain angkuh, kadang pemimpin yang seperti itu tidak merasa ikhlas saat mengemban amanah sebagai pe,mimpin.
Dia mengatakan, menjadi seorang pemimpin tidak melulu harus menjalankan program yang sudah direncanakan. Tapi menjaga kepercayaan yang sudah diberikan juga perlu dihitungkan. " Dan tentunya, tidakj lupa untuk selalu meminta restu untuk orang-orang dekat," jelasnya.
Tak hanya oraganisasi, perempuan yang lahir pada 29 November 1996 ini juga tergolong santri yang aktif dalam belajar. Sehingga, tidak heran jika Antik sering menjadi pembicara dalam forum-forum tertentu.
Dia mengakui, jika menjadi seorang pemimpin itu pasti memiliki liku-liku permasalahan. Baik secara pribadi maupun dari organisasi yang dipimpinnya . "Yang penting teap optimis, mendapatkan masalh seberat apapun akan ada jalan keluar terbaik<" tutupnya.(mar/ras)
Sumber:Jawa Pos Radar Semeru. Sabtu 3 September 2016
Pencapaiannya tersebut, tidak dengan mudah didapatkan. Perlu proses panjang untuk mengamban amah yang tidak semua santri bisa merasakan nya. Berawal hanya ikut-kut di organisasi, ternyata memberikan banyak pengalaman untuknya saat ini
.Antik mengatakan, jika menjadi sosok ketua di pesantren merupakan amanah yang harus dijaga. Kepercayaan yang diberikan oleh santri lain membuatnya semakin hati-hati. " Ini amanah, perlu kehati-hataian dalam menjalankankannya," katanya.
Dia menambahkan, butuh kepribadian yang tegas, bertanggung jawab serta ramah tee=rhadap sesama. Itu merupakan kunci agar kepemimpinan memegang amanah tersebut bisa dipercaya oleh anggotanya.
Bener saja, sosok perempuan yang sedang menyelesaikan kuliahnya ini, sudah delapan tahun berhiruk-pikuk di ranah pesantern. Jadi tidak heran lagi jika Antik memiliki hobi membaca kitab kuning. "Saya nyanri mulai dari MTS sampai sekrang," ungkapnya.
Menurutnya, santri itu tidak hanya soal agama. Di pesantren juga diajarkan tentang bagaimana memanajemen organisasi agar terus berjalan. Hal itu dibuktikannya, jika dipesantren juga mengajarrkan bagaimana menjadi seorang pemeimpin.
Namun, yang membedakan ajaran kepemimpinan di pesantren itu sedikit berbeda dengan dunia luar. Dia mengatakan jika di pesantren menjadi seorang ketua itu ada sebuah ujian yangn harus di pertanggungjawabkan.
Antik menerangkan, buakan hanya soal amanah yang harus dimiliki. Metal yang kuat juga menjadi perisial dalam mengemban jabatan itu. Bahkan, terus memperdalam ilmu harus terus dilakukan. "Kadang kan ada ya, ketika menjadi ketua malah meninggalkan kewajiban untuk belajra," tuturnya.
Hal itu yang akan menjadikan pemimpin sebagai sosok yang tidak akan mendapat kepercayaan. Selain angkuh, kadang pemimpin yang seperti itu tidak merasa ikhlas saat mengemban amanah sebagai pe,mimpin.
Dia mengatakan, menjadi seorang pemimpin tidak melulu harus menjalankan program yang sudah direncanakan. Tapi menjaga kepercayaan yang sudah diberikan juga perlu dihitungkan. " Dan tentunya, tidakj lupa untuk selalu meminta restu untuk orang-orang dekat," jelasnya.
Tak hanya oraganisasi, perempuan yang lahir pada 29 November 1996 ini juga tergolong santri yang aktif dalam belajar. Sehingga, tidak heran jika Antik sering menjadi pembicara dalam forum-forum tertentu.
Dia mengakui, jika menjadi seorang pemimpin itu pasti memiliki liku-liku permasalahan. Baik secara pribadi maupun dari organisasi yang dipimpinnya . "Yang penting teap optimis, mendapatkan masalh seberat apapun akan ada jalan keluar terbaik<" tutupnya.(mar/ras)
Sumber:Jawa Pos Radar Semeru. Sabtu 3 September 2016
Komentar
Posting Komentar