Jadi Storyteller


TIDAK banyak memang, orang yang menekuni dunia dongeng. Apalagi menjadi seorang storyteller atau lebih dikenal sebagai pendongeng. Menyajikan cerita terhadap orang lain dengan intonasi dan gaya yang khas tidak banyak menjadi  pilihan kegiatan. Mungkin malu, dan tidak memiliki kemampuan bercerita.

Tapi tidak bagi Renik Listy Diana. Perempuan yang sedang menyerlesaikan kuliahnya di Jember ini memiliki kegitan unik, yaitu seorang pendongeng. Namun,. bukan dalam bahasa inggris.

Menyajikan cerita menggunakan Bahasa inggris, tentu ada kesulitan tersendiri bagi Renik. Perempuan yang lahir dilumajang pada 4 Januari 1998 ini, selalu mempelajari bagaimana cara pada storyteller dari luar negri menyajikan sebuah pertunjukan.

Mati Tidaknya Tergantung Pendengar

"Saya mulai belajar menjadi storyteller sejak masuk kuliah ini," katanya. Menurutnya, ada perbedaan mendasar dari seorang storyteller tidak menggunakan peralatan untuk berdongeng.

Sehingga, intonasi bahasa mimik wajahn dan gerak tubuh benar benar diperlukan dalam menyajikan sebuah cerita. "Itu yang membedakan pendongeng dengan storyteller," tutur anak perempuan pasanbgan  Sutinah dan sanadi ini.

Perempuan yang berperawak mungil ini, sudah memiliki banyak jam terbang dalam mendongeng. Kegitaan komunitas dongenya juga setiap pekan mewajibkan anggota untuk mrndongeng mengunkan bahas inggris.

Bahkan, Renik mengakui tidak jarang teman-temannya meminta dirinya untuk mengisi sebuah acara dengan bakat yang dimilikinya tersebut. "Kadang juga diminta teman untiuk isi-isi acara," akunya

Mungkin sudah menjadi dasar Reniik menekuni hal itu,. Dia merasa senang ketika orang lain tertawa dengan apa yang dia ceritakan. Bahkan, dia menuturkan, serasa ada kepuasan tersendiriuntuk harus berkarya menyajikan cerita untuk pendengarnyya.

Renik mengungkapkan, yang paling sering dia bawakan uintuk bercerita adalah dongen jenis fabel. sebuah cerita yang menceritakan kehidupan hewan yang berprilaku seperti manusia. "Dan tentu itu bukan merupakan kisah nyta, hanya, hanyalah," terangnya.

Selain cerita fabel, Renik jugsa sering membawakan cerita jenis indonesia folklore. cerita rakyat indonesia atau cerita jaman kerahjaan dan lain sebagainya. "Cerita nenek moyang, ketiuka melawan penjajah itu yang paling sering diceritakan," tambahnya.

Namun, Renik menilai, saat ini peminat untuk menjadi seorang storyteller hanya sedikit. Namun, dia bertekat untuk terus mengembangkannya. Menurutnya, mati atau tidaknya seorang storyteller ssangat bergantung kepada pendengarnya.

Bukan dari sebuah penghargaan dan lain sebaginya. Pendengar itu merupakan nyawa bagi dirinya. " Selama pendengar masih betah dengan story yang dibawakan, pasti kan terus hidup," ungkapnya.

Sehingga, wahar saja jika saat ini renik terus meningkatkan  kemampuannya dalam berdongeng . Semua itu dia lakukan untuk menjaga storyteller tersebut tetap hidup dan lebih dikenai oleh masyarakat.

Dan semua itu bisa dicapai jika seorang storyteller seperti dirinya memiliki banyak tempat dihadapan masyarakat. "Akan terus berdongeng agar masyarakat tahu dengan apa yang saya lakukan," tutupnya(mar/ras)

Sumber: Jawa Pos Radar Semeru, Rabu 19 Oktober 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susahnya Mengajar Anak TK

Dituntut Perfect