Suka Pelajaran Batik
BANYAK cara untuk mengeluarkan kemampuan diri. salah satunya dengan menekuni hobi. Seperti perempuan yang satu ini. Dia menekuni seni batik, karena sudah menjadi hobi.
Dewi Nur Widari, perempuan yang sedang menyelesaikan pendidikannya di sekolah berbasis pesantren di Rowongkangkung ini tergiur dengan pelajaran seni budaya. Menurutnya pelajaran tersebut menumbuhkan kemampuannya dalam bidang seni.
Pelajaran membatik termasuk didalamnya. Wida panggilan akrabnya, mengaku senang dengan pelajaran membatik karena mengandung budaya. "Secara tidak langsung bisa melestarikan budaya indonesia," katanya.
Saat ini, Wida mengaku sudah memiliki dua karya batik yang dia gambar sendiri. Bentang kain 1,5 meer persegi disulapnya menjadi kain dengan penuh motif batik. "Itu saya simpan di rumah," ungkapnya.
Dia mengaku, butuh waktu lama untuk membatik satu helai kain. Jenis batik yang ditekuni Wida merupakan jenis batik tulis. Sehingga, wajar jika banyak tahapan yang harus dilakukan agar menghasilkan batik yang maksimal.
Menututnya, tahapan pertama yang harus dilakukan adaloah membua sketsa batik. Menggambar diatas kain dengan pensil harus dilakukan sebelum membatik dengan malam.
Proses itu memakan waktu lama. Bisa sampai satu minggu mengerjakan sketsa itu. Memang proses, tersebut menentukan keindahan dari baik. "Sketsa itu yang akan menentukan motif apa yang akan digambar," jelasnya.
Baru setelah itu, kain yang sudah disketsa tersebut dilukis menggunakan malam. Proses ini juga membutuhkan waktu lama. Mungkin karena masih pemula, butuh waktu berbulan bulan untuk menelesaikan satu helai kain.
"Ini sekarang saya kelas dua Madrasah Aliyah baru dua kain yang selesai," akunya. Dia menambahkan, butuh kehati hatian ndalam menggambar menggunakan lilin malam. Harus dikit demi sedikit, karena menggambar kain batik menggunakan canting (alat untuk melukis batik)
Untuk karyanya saat ini, Wida menggunakan motif pisang dalam karya batik keduanya. Dia mengaku, terinspirasi dari makann Khas Lumajang. "sekarang masih menggarapn baik dengan ikon pisang, terinspirasi dari makanan khas Lumajang." terangnya.
Perempuan kelahiran 1 Desember 1999 ini bertekat akan meneruskan kegemareannya dalam membatik. Sukur-sukur jika nanti bisa membuat butik untuk batik hasil karyanya. "Siapa ahu nanti bisa membuat butik untuk batik hasil karya sendiri,' tutup anak perempuan pasaangan abdul Hasim dan Dewi Suharmini ini.(mar/ras)
Sumber: Jawa Pos Radar Semeru, Rabu 7 September 2016
Komentar
Posting Komentar