Nyemplung Total di Dunia Fotografi



MEMOTRET dan menjadi objek lensa kamera merupakan hobi kebanyakan orang saat ini. Mungkin efek media sosial dan beberapa acara ditelevisi yang mengahadirkan keindahan alam, mengispirasi banyak orang untuk gemar memotret.

Tak terkecuali perempuan yang satu ini, Elok Nutriyatul Rosyidah. Kegemarannya akan fotografi membawanya harus keluar dari tanah kelahirannya untuk meneruskan pendidikan di dunia potret-memotret itu.

Merantau ke ibu kota merupakan pilihannya untuk memperdalam dunia foto. Menurutnya tidak ada kata tanggung untuk belajar.

Nabung untuk Beli Kamera

"Sekali terjun, sekalian saja basah." ucapnya mengungkapkan kesungguhannya.

Banyak cerita yang dialalui Elok, panggilan akrabnya, untuk tekun dalam dunia fotografi. Bahkan, sampai saat ini dirinya masih belum memiliki kamera secara pribadi. Menyewa adalah pilihan terbaiknya disetiap praktik kuliahanya.

Namun, semua itu bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita. Elok lebih memilih untuk semangat mempelajari foto, dari pada harus merengek meminta kamera kepada orang tuanya. "Mending belajar dulu sebelum nanti punya kamera sendiri," akunya.

Perempuan yang lahir di Lumajang pada 1 Januari 1995 ini, memang memiliki semangat yang kuat untuk menjadi seorang fotografer. Hingga, sampai saat ini Elok terus menabung untuk bisa membeli kamera yang di inginkannya.

"Menabung saja, siapa tau nanti bisa dibuat untuk beli kamera," jelasnya. Kamera dengan menabung, secara tidak langsung akan meringakan beban orang tua.

Dia mengakui, keluarganya bukanlah dari golongan berharta. Identitas sederhana benar-benar dipegangnya. Sehingga, apapun yang diinginkan harus melalui usaha dan kerja keras. Karena setiap usaha dan kerja keras akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.

saat ini Elok menepuh pendidikannya pada salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Mengambil fakultas dengan jurusan fotografi adalah pilihannya sendiri. "Sempat dilarang, dan disuruh ambil kuliah guru," jelas anak pertama pasangan Humaidah dan Rasad ini.

Namun, tekadnya yang kuat untuk menekuni dunia fotografi  tidak mengubah keinginannya. Elok tetap bersikukuh untuk bisa melanjutkan kuliahnya dibidang yang diingkan nya itu.

Perempuan yang memiliki hobi membaca ini, mengakui jika seorang fotografer itu merupakan pekerjaan yang perlu diseriusi. Mengapa tidak, menentukan posisi pengambilan memerlukan kretivitas. Kejelian melihat momen dan posisi mengambil gambar  akan menentukan kualitas gambar yang akan diambil . "sangat menentukan, bahkan kadang kualitas kamera dan lensa juga mempengaruhi," katanya lalau tersenyum.(mar/ras).

Sumber: Jawa Pos Radar Semeru, 21 September 2016

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susahnya Mengajar Anak TK

Gambar
MENGAJAR itu, merupakan pekerjaan yang tidak semua orang bisa melakoninya. Tingkat kesulitan untuk memberikan pelajaran sering kali menjadi penghambat aktivitas ini menjadi pilihan. Tambah Item dengan Kerajinan Tangan Begitu pula Venny Ayuningtyas, perempuan yang pernah mengejar di salah satu Yayasan Taman Kanak-Kanak ini, merasakan betul betapa sulitnya menjadi seorang guru.
Baca selengkapnya

Dituntut Perfect

Gambar
TEMPAT kerja ityu ternyta menuntut banyak hal lho. Bukan hanya tanggung jawab pekerjaan. Penampilan dan berprilaku juga harus menyesuaikan. Apalagi pekerjaan yang menuntut penanpilan. Sudah tentu dituntut perubahan total, sampai make over segala. Make-over adalah cara terbaik untuk mengubah penampilan wanita. Secara teknis, aktivitas ini adalah melakukan pembaruan dari tampilan make-up yang dikeanl saat ini.
Baca selengkapnya

Jadi Storyteller

Gambar
TIDAK banyak memang, orang yang menekuni dunia dongeng. Apalagi menjadi seorang storyteller atau lebih dikenal sebagai pendongeng. Menyajikan cerita terhadap orang lain dengan intonasi dan gaya yang khas tidak banyak menjadi  pilihan kegiatan. Mungkin malu, dan tidak memiliki kemampuan bercerita. Tapi tidak bagi Renik Listy Diana. Perempuan yang sedang menyerlesaikan kuliahnya di Jember ini memiliki kegitan unik, yaitu seorang pendongeng. Namun,. bukan dalam bahasa inggris. Menyajikan cerita menggunakan Bahasa inggris, tentu ada kesulitan tersendiri bagi Renik. Perempuan yang lahir dilumajang pada 4 Januari 1998 ini, selalu mempelajari bagaimana cara pada storyteller dari luar negri menyajikan sebuah pertunjukan.
Baca selengkapnya