Kerasan Jadi Perantauan



MEMILIKI pekerjaan yang langsung berhadapan dengan customer, merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi. Bekerja disebuah perusahaan yang menyediakan distributor kartu selulur di Lumajang ini membuatnya dituntut untuk terbiasa dengan orang baru. Sebagai perantaupun dia sanagt kerasan.

Semangat Mandiri Untuk Bisa Bertahan

Tentunya sedikit tabu, setiapa kali melayani  customer yang datang. Namun, seua itu bisa dilaluinya dengan nyaman. karena, memng  menjadi tekad untuk langsung bekerja selepas menyelesaikan strata satunya.

Hamidah, panggilan akrabnya, merupakan anak rantau. Dia asli dari pulau Madura. Lahir dan besar di daerah yang dikenal sebagai kota garam. tentu nya, merupakan sebuah pilihan baginya untuk berada didaerah yang jauh dari tempat kelahirannya.

Meski jauh dari kampung halammanya. Hamidah yang dikenal supel ini tidak kesulitan mencari teman dalam rautaunya. Dalam waktu singkat dia sudah menemukan banyak teman, bahkan sampai seperti saudara.

Dia menuturkan, keputusan nya untuk merantau merupakan pilihan yang diambil sejak duduk dibangku kuliah. Hamidah menyelesaikan kuliahnya di Jember dan saat ini menapaki karirnya di Kebupaten Lumajang.

Memang tidak seperti perempuan lain. Setidaknya yang ada dibenaknya aadalh bagaimana bisa hidup madiri di kota orang. "Tidak pernah terfikir akan kerja apa, yang penting bisa mandiri dulu," katanya.

Sebenarnya, dia mengkui ada tawaran dari orang tuanya untuk melanjutkan sekolahnya ke jejang yang lebih tinggi. Namun, Hamidah lebih memilih bekerja agar tidak menjadi beben untuk kedua orang tuanya.

Kendati demikian, orang tuanya akan memberikan dukungan penuh untuk dirinya bisa mengembangkan diri . tamanya bisa menjadi orang yang mandiri dan kuat. "Semua yang menjadi keputusan saya didukung penuh orang tua," tambahnya.

Sehingga, tidak heran jika saat ini Hamidah bwnar-benar merasa pas dengan pekerjaan yang dilakukannya saat ini. Memng ada rasa tidak betah dan lain sebgainya, namun sebagai anak rantau harus membuang perasaan jauh-jauh dari benak
 
 Dia menuturkan, sudah hampir setahun tinggal di kabupaten Lumajang. Banyakl kesan  yang didapat saat beradadidaerah yanng kental dengan pisangnnya ini. "Banyak kesan deh, dengan Lunajang ," ungkapnya.

Bahkan, selama tinggal di Lumajang dia merasa sudah memiliki keluarga keduannya. Siapa lagi kalau bukan rekan-rekan kerjanya yang sangat peduli terhadapnya.

Selain itu, perempuan yang lahir pada 9 Oktober 1993 ini mengaku juga suka dengan membaca novel. Menuryutnya, membaca novel itu memberikan motivasi tersendiri baginya untuk bisa menjadi wanita yang tangguh.

Menurutnya, setiap novel yang yang bicaranyapasti berisikan smangat untuk terus melanjutkan hidup. Semua jenis novel, meski alurnaya mengenai percintaan. "Pada ada kata motivasi didalamnya," katanya.

Sehingga dari situlah, dia merasa punya kekuatan kembali untuk melangkahkan kakinya dan terus bertahan di tanah rantau. "Kalu tidak ada semangat dari diri sendiri, mana mungkin bisa bertahan," tutup anak perempuan pasangan Moh. Supi dan Sayuti ini.(mar/fid)

Sumber: Jawa Pos Radar Semeru, Selasa 20 September 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Susahnya Mengajar Anak TK

Dituntut Perfect

Jadi Storyteller